SURAT SEORANG DEMONSTRAN

Ukuran sebuah keberhasilan

Mewujudkan diri sendiri adalah tujuan dari kebebasan
Mewujudkan diri sendiri berarti pengembangan, kepribadian, pengembangan bakat – bakat dan pengembangan kemampuan – kemampuan, ketrampilan dan cara bertindak.

Mewujudkan diri sendiri adalah kebebasan yang dimanfaatkan dengan cara bertanggung jawab. Hak untuk menentukan nasib sendiri adalah cara dan tindakan dalam rangka memanfaatkan kebebasan itu.

Kebebasan adalah sarananya, hak menentukan nasib sendiri adalah isinya.

Jika sejarah dipercaya sebagi gerak dialektis antara kondisi subjektif pelaku dan situasi objektif maka sejarah juga akan mencatat dengan jelas tentang sebuah
perubahan.

Kini gerakan mahasiswa berada dalam sebuah kondisi dilema, momok traumatis yang dalam selalu menghantui. Tepat 10 sepuluh yang lalu wajah negri tanah Papua
berdarah, sembilu itu menusuk hingga kelambungnya sang cenderawasih.
Masih sangat muda dan tak berpengalaman. Perlawanan demi penentuan nasib sendiri (Right to self determination) adalah tanggung jawab yang sedang diemban, sangat berat namun itu adalah komitmen.

Kadang peluh habis berjatuhan, harapan tak kunjung hadir, katapun habis diucap – namun semua menjadi ambigu.

Perjalanan terus panjang, melelahkan dan tak menentu. Sering kali ego, ambisi, frustasi, kekecewaan mewarnai hari – hari panjang yang membosankan.

Ketakutan, teror dan intimidasi terus diperagakan sebagai rutinitas oleh SANG WAYANG GOLEK. Studipun tak ketinggalan menjadi sebuah taruhan, keluarga, biaya hingga nyawa.

Ini semua demi satu yang kucintai yaitu “HITAMKU PAPUA”, negerinya si Mambruk dan sang Burung Sorga.

Pemuda dan mahasiswa, kini di pundakmu ada sejuta peran yang harus dipikul. Cacat – cacat masih terlalu banyak yang harus ditambal, luka – lukapun harus diobati, memar harus diminyaki agar kau dapat mampu berjalan terus kedepan. Jangan pernah berbalik
sedikitpun sebelum tiba di KOTA EMAS, ditempatnya TOM, REGI, KRIS si ekor Kipas dan PIET sang Kasuari.

Idealisme dan Ideologimu adalah kompas untuk menuntunmu mengarungi sebuah dimensi. Eluay, Werror, Wayoi, Awom, Tabuni, Yeimo, Rumaikek, Flassy, Tanggahma,Al hamid, Yogi, Rumkorem, Pray, Wainggai, Tuturop, Kareth, Mandacan, Wayoi, Ap, Wenda, Alomang, Kwalik, Kokonat, Yoweni, Ipohau, Mawen, Tanawani,Waromi, Aronggear, Ayamiseba, Rumbiak dan masih banyak lagi yang lain, telah mewarisi sebuah “TAPAK - TAPAK KAKI” menuju hari depan
yang lebih baik.

Dedikasi, loyalitas serta sebuah nyawa telah direlakan, mereka adalah Putra Mahkota, Anak Bangsa, Putra Sulung, Ahli Waris yang kokoh, tegar dalam sebuah keyakinan – demi KEBEBASAN TANAH AIR.

Masih sangat sedikit yang kau kerja dihari ini, jangan pernah berbangga dengan semua itu, belajar untuk memiliki kerendahan hati dalam pekerjaanmu. Bekerjalah dengan sekuat – kuatnya agar supaya pergerakan kita, usaha kita mencari sebuah kebebasan
dapat tercapai.

Berkaryalah sepenuh – penuhnya, membanting tulang, memeras tenaga, untuk menyusun kekuatan – kekuatan pergerakan kita, direkatkan sekeras – kerasnya, merapatkan golongan serta kelompok satu persatu. Itu yang kini harus menjadi semboyan serta itikad dari semua ‘Patriot Papua’.

Nasionalisme Papua-Melanesia adalah Nafasmu, Persatuan dan Kesatuan adalah Prinsip. Belajarlah menjadi seorang Xanana, Gandhi, Kairala, King, Mandela, Che Guevara,
Miss. Misambuga, Saravina dan Stev Bickonya Papua.

“ Bagiku mundur tak mungkin, maju adalah keharusan dan mati adalah kebanggaan yang tiada taranya bagi negeriku yang ku cintai, hitamku yang ku junjung PAPUA-MELANESIA.

An. sekretariat WPNA