RELAKAN KAMI MENATA DIRI

Kalimat kecil ini sangat sederhana tetapi memberi gambaran yang jelas tentang sebuah ungkapan “Kemandirian dan Kesediaan tanpa Pamrih”.

Ketika akumulasi perjuangan Papua semakin mengkristal dengan hadirnya Nasional Kongres Ke – II Papua tahun 2000 yang lalu, gerakan Politik dan Moral Force di Papua dengan sasaran PERJUANGAN POLITIKNYA melepaskan diri dari NKRI membuahkan sejarah yang tak kunjung sirna hingga saat ini.

Nasionalisme pun semakin terampung dalam kalimat : MERDEKA harga mati untuk Papua” kata seorang aktivis ditengah Aksi Demonstrasi. Yel .. Yel kian terdengar sebagai suatu tindak protes dikala pelanggaran HAM dan Intimidasi yang dilakukan
aktor manipulative dan penjilat.

Perjuangan ini tak hanya mengorbankan harta benda, jiwa, raga namun harga diripun dipertaruhkan. Telah banyak korban nyawa, telah banyak pula korban dari kesewenangan Hukum dan kebijakan penguasa yang terlihat pada pancaran mata beringas, penuh amarah, dendam yang hanya dapat diekspresikan melalui linang beningnya air mata para janda, duda dan yatim piatu. Sampai kapankah ekspresi jiwa terjerumus dalam pilu
yang mendalam ??

Kebangkitan Nasionalisme

Maju … majulah rakyatku, patriot Papuaku, kau dan saya adalah satu dari sekian ribuan disebut wahai komandan – komandan kami! Satukan
Tekad, Buktikan Kepada Dunia Satu Dambaan Rakyatmu bahwa PAPUA BARAT MERDEKA dan seharusnya BERDAULAT diatas Tanah Negerinya.

A.n Sekretariat WPNA